Sutradara Joko Anwar pada akhirnya melaunching teaser trailer dari film horor terbaru Siksa Kubur. Teaser memiliki durasi semenit itu menunjukkan sedikit kemunculan dari beberapa pemainnya seperti Reza Rahadian, Muzakki Ramdhan, Faradina Mufti, Widuri Putri, Arswendy Bening, sampai Slamet Rahardjo. Disertai oleh cerita dari Widuri Putri, teaser trailer Siksa Kubur tetap simpan rapat alur ceritanya. Tetapi cerita yang dibuat menanyakan kenapa beberapa orang masih tetap melakukan perbuatan dosa meskipun di akhirat bakal ada pertanggungjawabannya.
Film horor kerap kali jadi sarana untuk sutradara tidak untuk cuma mengeksploitasi kemelut psikis dan faktor supernatural, tapi juga untuk menyelidik desas-desus sosial yang memicu cerita. Salah satunya contoh yang mencolok ialah “Siksa Kubur” (2008), yang disutradarai oleh Joko Anwar. Film ini bukan hanya tawarkan episode-adegan menakutkan, tapi juga menyisipkan kritikan sosial yang dalam.
Sinopsis
“Siksa Kubur” menceritakan mengenai satu kelompok remaja yang terjerat dalam suatu dusun terasing. Mereka dikejar oleh kemampuan misteri yang ke arah pada rahasia gelap yang terpendam pada tempat tersebut. Di tengah ketakutan dan ketidaktahuan, mereka berusaha bertahan hidup sekalian ungkap mistis yang mengurung dusun itu.
Eksploitasi Kengerian
Joko Anwar dengan mengusai menyatukan komponen-komponen horor classic dengan nuansa lokal yang kuat, membuat atmosfer yang menakutkan sekalian menarik. Dari episode-adegan kemunculan sampai kemelut yang mencapai puncak, pemirsa disuguhi rangkaian peristiwa yang memicu adrenalin.
Akan tetapi, apa yang membuat “Siksa Kubur” berlainan ialah pemakaiannya yang pintar pada kengerian untuk menyorot realita sosial. Lewat watak-karakternya, film ini memvisualisasikan ketidakadilan, keserakahan, dan korupsi yang menerpa warga. Dengan cara ini, kengerian dalam film ini jadi lebih dalam dibanding sekedar scenario supernatural.
Kritikan Sosial
“Siksa Kubur” bukan sekedar film horor yang mengerikan, tapi juga adalah kritikan sosial yang tajam pada keadaan warga. Anwar memakai cerita horor untuk memvisualisasikan kegelapan yang mengakar dalam susunan kekuasaan dan moralitas yang labil. Pada prosesnya, pemirsa ditempatkan pada beberapa pertanyaan yang dalam mengenai kebenaran, keadilan, dan harga yang perlu dibayarkan atas dosa-dosa masa silam.
Ringkasan
Dengan “Siksa Kubur”, Joko Anwar bukan hanya menyuguhkan sebuah film horor yang mencekam, tapi juga sebuah kreasi seni yang menggairahkan pikiran. Dia sukses menyatukan kengerian dengan kritikan sosial, membuat pengalaman sinematik yang dalam dan mengunggah. Film ini bukan hanya tinggalkan kesan-kesan yang dalam pada penontonnya, tapi juga memacu refleksi mengenai keadaan sosial